Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional



Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional. Perjuangan rakyat Indonesia mengusir penjajah tidak hanya dilakukan dengan kekuatan fisik, tetapi juga melalui organisasi. Putera-putera bangsa Indonesia, mulai sadar perlunya organisasi modern untuk perjuangan kemerdekaan. Selain itu, tumbuh juga kesadaran perlunya persatuan dari rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah. Belajar pada pengalaman sebelumnya bahwa perjuangan yang dilakukan sebelumnya selalu mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut adalah kurangnya persatuan dari bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajah. Beberapa tokoh pergerakan nasional antara lain :

1.      R.A Kartini dan dewi Sartika
R.A. Kartini & Dewi Sartika
Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika sama-sama memperjuangkan nasib kaum wanita melalui pendidikan. Kartini mendirikan sekolah untuk wanita pribumi pada tahun 1903. Beliau juga mendirikan sekolah di rumahnya, di Rembang. Pada tahun 1904 Kartini meninggal dunia. Kumpulan surat-suratnya disusun dalam sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Pada tahun 1884-1947, Dewi Sartika mendirikan Sekolah Istri di Bandung yang kemudian berubah menjadi Sekolah Keutamaan Istri. Pada tahun 1915, Dewi Sartika mendirikan sebuah perkumpulan wanita bernama Pengasah Budi Perkumpulan ini memperjuangkan kemajuan wanita.

2.     Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Tahun 1912 Ki Hajar Dewantara bersama dengan Dr. Cipto Mangunkusumo dan Dowes Dekker mendirikan indische Partij yang bertujuan memperjuangkan Indonesia yang merdeka dan berdaulat Mereka bertiga disebut sebagai Tiga Serangkai. Ki Hajar Dewantara  mendirikan sekolah yang diberi nama Taman Siswa, beliau kemudian dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional
3.     Dr Soetomo
Dr Soetomo lahir pada 30 Juli 1888. Pada 20 Mei 1908 Dr Soetomo bersama dengan Dr. Wahidin Soedirohoesodo mendirikan organisasi Budi Utomo. Tujuannya adalah mempertinggi derajat bangsa Indonesia dan mempertinggi keluhuran budi orang Jawa. Sutomo bercita-cita memakmurkan rakyat Indonesia. Beliau bertekad memperkecil perbedaan antara orang kaya dan miskin, serta antara kaum terpelajar dan rakyat biasa.

4.     Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan adalah tokoh pergerakan nasional yang lama belajar pengetahuan agama di Mekkah. Beliau mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhammadiyah adalah mengajarkan agama Islam sesuai dengan Al Quran dan Hadist.
5.     Wahid Hasyim

Wahid Hasyim adalah putra Hasyim Ashari, pelopor dan pendiri NU (Nahdatul Ulama). Tujuan NU adalah memecahkan berbagai persoalan umat Islam baik dalam hal agama maupun kehidupan di masyarakat. Tahun 1938, Wahid Hasyim bergabung dengan NU. Empat tahun kemudian beliau diangkat sebagai ketua NU. Perkembangan NU sebagai organisasi politik dan keagamaan tidak terlepas dari peranannya.

6.     Samanhudi
Samanhudi belajar agama Islam di Surabaya. Untuk memperjuangkan para pedagang Indonesia, beliau mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) di Solo tahun 1911. SDI bertujuan menghidupkan perekonomian para pedagang Indonesia dan membantu anggotanya yang mengalami kesulitan.

7.      HOS. Cokroaminoto
Pendiri Sarekat Islam ini Lahir di Ponorogo pada 1882 dari keluarga R. M. Cokroamiseno, seorang pegawai pemerintahan yang pernah menjabat bupati. Menamatkan sekolah di Oplayding School Foor Inladishe Ambegtenaren (OSVIA), Magelang, dan sempat menjadi pegawai sebelum memutuskan keluar dan aktif dalam pergerakan nasional melawan Belanda.
Sepak terjang politiknya sangat menonjol pada era 1912, di mana ia mendirikan SDI yang kelak berubah menjadi SI. Kata mutiaranya yang termasyhur: “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.”
8.     H. Agus Salim (The Grand Old Man)

Lahir di Sumatera, 8 Oktober 1884 dengan nama Mashudul Haq yang berarti pembela kebenaran. Ayahnya, Angku Sutan Mohammad Salim, adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau. Sepak terjang politiknya cukup meresahkan Belanda sejak ia bergabung di koran Harian Neratja pada 1915, dan masuk organisasi Sarekat Islam. Namanya meroket diera 1946-1950, dan mendapat julukan Orang Tua Besar (The Grand Old Man).
9.     Abdul Muis (Sang Pahlawan Pena)
Lahir di Bukit Tinggi, 3 Juli 1883, Abdul Muis adalah pejuang rakyat dengan senjata pena yang tajam menusuk tirani Belanda. Dengan pena pula ia mengobarkan semangat perlawanan dan memperjuangkan kemerdekaan. Menempuh pendidikan dokter di STOVIA, Batavia, ia memutuskan berhenti dan aktif menulis di koran De Express.Ia bergabung dengan Sarekat Islam, sebelum mendirikan Komite Bumiputera bersama tokoh pergerakan nasional lainnya untuk melawan Belanda. Ia juga menulis buku sastra berjudul Salah Asuhan.
10. RM. Suwardi Suryaningrat, Pendiri Taman Siswa
Lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889, lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro. Ia seorang aktivis pergerakan nasional dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi, salah satunya dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa. Hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Semboyannya yang terkenal adalah: “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.”

11.    Dr Cipto Mangunkusumo, Pendiri Indische Partij
Lahir di Ambarawa, 1886, adalah tokoh pendiri Indische Partij, dan dikenal sebagai  Tiga Serangkai bersama Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara. Cipto aktif menulis di koran De Locomotief sejak 1907. Tulisannya banyak mengkritik Belanda maupun budaya feodal para priyayi. Sebelum mendirikan Indische Partij bersama Tiga Serangkai, Cipto aktif dalam pergerakan Budi Utomo. Namun, karena perbedaan visi dan Cipto merasa Budi Utomo kurang mewakili aspirasi politiknya, maka ia mengundurkan diri dari kepengurusan dan bahkan keluar. Cipto terlibat dalam aksi Komite Bumi Putera melawan Belanda, berbuntut penangkapan terhadap Tiga Serangkai oleh pemerintah Belanda. Selama masa pembuangan, mereka tetap mengobarkan perlawanan lewat tulisan.

12.  Ernest François Eugène Douwes Dekker
Tokoh ini masih juga berdarah Indonesia. Namun tidak sepenuhnya. Tetapi keberadaanya bagi Indonesia sangat bermakna. Beliau mendirikan Nationale Indische Partij pada tahun 1912, Nationale Indische Partij merupakan sebuah partai politik. Menilai Budi Utomo terbatas pada bidang kebudayaan saja, maka Douwes Dekker mendirikan sebuah partai politik. Ernest François Eugène Douwes Dekker masih terhitung saudara dengan pengarang buku Max Haveelar, Eduard Douwes Dekker. Douwes Dekker sendiri yang tidak sepenuhnya berdarah Indonesia, namun ia dengan segenap jiwa dan raga berjuang untuk pergerakan nasional Indonesia. National Indische Partij pun aktif dalam berbagai organisasi internasional, seperti Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan, serta Liga Demokrasi Internasional untuk menarik perhatian dunia internasional. Douwes Dekker mencurahkan pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

13.  Soekarno
Sejujurnya bukan tokoh kebangkitan nasional, tapi bagi gw, beliau berjasa besar dalam kebangkitan nasional Indonesia. Kebangkitan nasional bukan saja pada masa berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional, namun hingga saat ini juga. Soekarno berjasa besar bagi bangsa Indonesia. Perjuangannya menjelang detik-detik proklamasi tidak dapat dilupakan. Aktif dalam organisasi PUTRA yang berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia pun tidak dapat dilupakan. Walaupun setelah kemerdekaan, pada masa demokrasi terpimpin ia bertindak bagaikan diktator, semua jasanya tak dapat dilupa. Pada saat agresi militer I ketika Indonesia terdesak, beliau memerintahkan Syafrudin Prawiranegara untuk melanjutkan perjuangan Indonesia dengan mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Walaupun dengan risiko ditangkap oleh Belanda karena kondisi Yogyakarta pada saat itu masih sangat rawan. Inilah semangat perjuangan yang harus dimiliki segenap bangsa.

14. Mohammad Hatta
Beliau turut aktif dalam beberapa organisasi pergerakan. Beberapa kali ditangkap oleh Belanda tidak memupuskan semangat perjuangannya. Beberapa organisasi seperti Indische Vereeniging dan Club Pendidikan Nasional Indonesia pernah ia geluti. Perannya sebagai Bapak Proklamator menjadi faktor utama yang membuat dirinya dikenal oleh khalayak ramai. Pada sidang BPUPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan Indonesia, beliau diangkat menjadi wakil presiden Republik Indonesia dan Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia.
http://robinnur.blogspot.com/2011/02/para-tokoh-tokoh-pergerakan-nasional.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan kekurangan IMPERIALISME KOLONIALISME