kerajaan sunda



KERAJAAN SUNDA
 
Kerajaan sunda adalah  kerajaan yang berdiri setelah runtuhnya kerajaan Tarumanegara pada abad 5-7 masehi. Kerajaan sunda ini diduga berada di daerah jawa barat, karena wilayah kekuasaan nya meliputi jawa barat, banten, sebagian jawa tengah dan lampung. Sampai saat ini tidak ada yang bisa memastikan keberadaan kerajaan sunda ini karena diperkirakan kerajaan ini berpindah-pindah. Menurut Kitab Carita Parahyangan, Ibukota kerajaan Sunda mula-mula di Galuh, kemudian menurut Prasasti Sanghyang Tapak yang ditemukan di tepi sungai Cicatih, Cibadak Sukabumi. Sementara itu menurut prasasti Astana Gede (Kawali – Ciamis) ibu kota kerajaan Sunda berada di Pakwan Pajajaran.
Kenapa mereka berpindah-pindah? Memang belum ada yang bisa memastikan alasan yang pastii namun bisa jadi karena masalah-masalah politik, ekonomi, keamanan dan bencana . kerajaan sunda ini dipastikan mendudduki wilayah jawa barat dengan kurun waktu yang cukup lama yaitu ditandai dengan adaanya prasasti kebon kopi  bogor  yang menebutkan kerajaan sunda di wilayah jawa barat. Adapun di wilayah lampung itu karena adanya pernikahan antara keluarga kerajaan sunda dengan lampung.
Jauh sebelum Sri Baduga Maharaja bertahta, tepatnya pada saat buyutnya, Prabu Darmasiksa berkuasa (1175-1297), - berarti sekitar 300 tahun sebelum penobatan Prabu Siliwangi - Prabu Darmasiksa banyak mendirikan kabuyutan (daerah suci) yang dilengkapi dengan mandala (lingkungan dengan penataan selaras alam).

Tercatat kabuyutan yang didirikan adalah di Ciburuy (Garut), dan Kanekes (Banten). Salah satu yang bertahan melintasi jaman hingga kini adalah Kanekes atau yang lebih dikenal dengan Baduy sekarang. Jika dihitung sejak berdirinya hingga sekarang, maka diperkirakan kampung Baduy telah berusia sekitar 500 tahun.

Dengan adanya suku baduy kita dapat melihat kehidupan-kehidupan rakyat sunda lama, suku baduy adalah suku yang sangat kaya akan alam menurut apa yang saya amati ketika berkunjung kesana, suku baduy memiliki adat  yang sangat kuat dan sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat baduy, apalagi baduy dalam yang masih sangat terikat. Apabila masyarakat bady melanggar adat-adat yang ada disana maka otomatis akan ketahuan walauopun tidak  ada  orang yang melihatnya, itu seperti hokum alam yang sudah melekat dengan wilayah tersebut.
Mereka  juga tidak  mencemari alam dan menggunakan alat-alat yang sangat sederhaana. Misalnya saja dalam membuat jembatan dan rumah mereka hanya menggunakan tali yang terbuat dari akar dan sama sekali tidak menggunakan paku. Itu menggambarkan bahwasanya sunda kuno yang dulu ada.
Keunggulan kerajaan sunda juga yaitu dengan menghasilkan banyak peninggalan-peninggalan kerajaan. Pada masa Sri Baduga Maharaja Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.
Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan .
Dalam kidung sunda (sastra dlm bhasa jawa) diceritakan bahwa adanya pertentangan dengan hayam waruk yang ingin mempersunting putri sunda dengan ambisi Gajah Mada yang ingin menaklukan sunda . nah peristiwa ini menewaskan rombongan pengantin dari sunda. Para rombongan pengantin tersebut dihadang oleh gajah mada, karena gajah mada mempunyai taktik politik untuk menguasai sunda. Sedangkan hayam wuruk benar-benar mencintai putri sunda tersebut.
Setelah kejadian tersebut sang putri pun turut bunuh diri diatas mayat-mayat para rombongan yang tidak berniat untuk berperang. Kejadian tersebut disebut Bubat, karena terjadi di bubat.
Kerajaan sunda pun runtuh Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaran runtuh.
padrao sunda kelapa

sumber:http://kerajaan-sunda.blogspot.com/



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional

Kelebihan dan kekurangan IMPERIALISME KOLONIALISME